Berbagi konten di dunia maya itu gampang banget. Tinggal klik tombol “Share” di suatu artikel atau posting blog, jadilah konten tersebut muncul di media sosial yang kita pilih. Yap, berbagi itu bagus. Tapi kalo apa-apa di-share, tanpa difilter dulu atau di-riset dulu kebenaran isinya, salah-salah bisa jadi penyebaran fitnah.
Nah kan gara-gara sekarang marak LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) salah satu merek clothing jadi kena batunya, cuma gara2 emblem “GAP”, yang, menurut sebuah artikel, kepanjangan dari Gay And Proud. Dan, timeline facebook saya penuh banget sama orang-orang yang nge-share artikel tersebut. So what’s the problem?
Masalahnya adalah, sudahkah dicari kebenarannya? Apa benar emblem clothing GAP itu kepanjangannya itu? Padahal menurut www.acronymfinder.com/GAP.html, ada lebih dari 250 kepanjangan dari GAP. Salah satunya adalah Great Ape Project, sebuah organisasi berisikan ahli primatologists, anthropologists, ethicists dan expert lainnya untuk memperjuangkan hak-hak dan perlindungan terhadap primata. Atau, Gallium Phosphate, kristal sejenis quartz yang biasa dipakai untuk pengukuran waktu. Daaaan banyak lagi kepanjangan-kepanjangan lain.
Dari sekian banyak, kenapa cuma Gay And Proud yang dihubung-hubungkan dengan GAP? Apa benar penciptanya mendukung gay?
Setelah saya riset kecil-kecilan, ternyata GAP yang dimaksud sama sekali bukan itu. Namun, GAP berarti adalah kesenjangan antar generasi, tua dan muda. Dan maksud dari pembuat merk clothing tersebut adalah menciptakan mode clothing yang bisa mengatasi gap antar generasi tersebut. Bahkan penciptanya pun seorang yang berkeluarga normal, suami dan istri, punya anak juga. Jadi bukan orang gay, bukan juga mendukung gay seperti yang digembar-gemborkan.
Kalau sudah begitu, apa lagi istilah lain tentang berita yang menyesatkan selain fitnah?
Jadi buat teman-teman sekalian, please, cari dulu kebenarannya, telusuri sumbernya, cari referensi lain, sebelum men-share sesuatu. Ngga mau kan jadi penebar fitnah? Katanya fitnah lebih kejam dari pembunuhan lho. Be careful!
Betul mas.
Dan gegara orang ceroboh macam itu yang kemudian kalimat “jangan menebar fitnah” harus ditekankan, jadinya malah jadi penghambat berbagi sesuatu yg seharusnya dibagi.
Misalnya berita pahit yang harus diketahui banyak orang malah nggak dishare gegara takut menebar fitnah.
Hal yg buruk memiliki banyak efek. Kecerobohan yg kamu maksud, secara jangka panjang akan membentuk efek yg kutulis.
nah itu dia. apalagi orang indonesia gampang banget percaya berita2 heboh.
mana kadang2 yg ngeshare juga orang yg berpendidikan. bikin mikir kan jadinya selevel apa sih otak orang sekarang.
jadinya mulai ngebiasain orang2 terdekat untuk cari tahu dulu kebenaran beritanya, baru share.
dan itu ngga mudah ternyata.
Bisa juga riset sendiri mbak, googling dulu di compare2 sama sumber2 lain sebelum ngeshare.