Apa yang anda rasakan ketika negeri tercinta kita ini, Indonesia, yang katanya kaya akan segala macam sumberdaya, alam maupun manusia, dikatakan negeri pasar oleh pemimpinnya sendiri?
Di berbagai media, Indonesia selalu dikatakan pangsa pasar yang sangat besar untuk industri ini dan itu. Berita baikkah ini? Mungkin kita sudah sering mendengar tentang Indonesia yang katanya negeri agraris ternyata masuk 4 besar importir beras sedunia. Atau kebutuhan import sapi dari Australia yang mencapai ratusan ribu jumlahnya. Sudah biasa.
Namun, apa jadinya jika kata-kata “pasar” itu dilontarkan oleh salah seorang tokoh pemimpin kita sendiri? Barusan saya baca berita di detikinet, pak Menteri Kominfo kita bilang bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat besar bagi industri teknologi dan informasi. Begini kata-kata beliau :
Kini, pemain-pemain besar dunia TIK juga berubah. Dulu didominasi oleh AS dan Jepang, saat ini muncul China, India, Swedia, Korea, Taiwan, dan lainnya,
Hal ini merupakan pasar besar bagi TIK. Saat ini, di Indonesia ada 200 juta pengguna ponsel, 45 juta pengguna internet, 30 juta pengguna media sosial, dan tahun 2009 volume bisnis TIK mencapai Rp 300 triliun per tahun
Seolah mengabarkan berita gembira, beliau memberitahu kepada kita bahwa pemain besar dunia IT adalah AS, Jepang, China, India, Swedia, Korea, Taiwan. Disambung dengan pemberitahuan dari beliau juga bahwa, pasar besar dunia IT adalah Indonesia, dengan sekian ratus pengguna produk2 IT dari “pemain besar” IT. Dan dengan menunjukkan fakta statistikal bahwa di tahun 2009 volume bisnis TIK mencapai sekian triliun per-tahun, tentu saja didalam volume bisnis itu, negeri kita adalah negeri pengguna.
Bukankah dengan menjadi negeri “pasar” maka berarti kita dikatakan sebagai negeri yang hanya bisa pakai? Lebih parahnya, negeri kita adalah negeri konsumer, yang ketergantungan terhadap produk dari luar sangat tinggi. Hal ini semakin terlihat mencolok namun memprihatinkan ketika data-data yang menjelaskan bahwa negeri kita adalah pasar itu disandingkan dengan data tentang sumber daya alam dan manusia kita yang melimpah ruah.
Lalu siapakah yang disalahkan? Salahkah pemimpin kita? Tidak, karena sebelum jadi pemimpin mereka juga rakyat biasa. Lalu salahkah rakyat? Tidak juga, karena rakyat jadi seperti ini juga karena mereka tidak peduli lagi, karena melihat pemimpin mereka yang sama sekali tidak bisa dipercaya.
Solusinya? Tidak, tulisan ini bukan membahasa solusi tentang permasalahan ekonomi negeri ini. Telah banyak tulisan-tulisan bijak lain yang mempromosikan solusi-solusi yang hebat. Tulisan ini hanya sekedar ingin mengingatkan, bahwa sudah waktunya kita prihatin, dan tidak lagi menyuarakan kabar-kabar ini dengan nada seolah ini adalah berita gembira.
Yup, kita adalah negeri pengguna, tidak banyak produsen produk IT dari dalam negeri. Saya paling tahunya cuma Zyrex. Dan beberapa produk buatan SMK, tapi itupun bahan bakunya masih diimpor juga.
Bagaimana mau ada teknologi di Indonesia, jika pengembangannya tidak mendapat dukungan. Dan jika dikembangkan, masyarakat kita sebagian besar masih bermental pembajak, maunya cuma yang gratis melulu. Kita bukan hanya mengonsumsi, tapi kita juga ketergantungan. Ah, susah deh.
mental pembajak itulah mas, yang masih mendarah daging sampai sekarang…susah memang… π
dan karena mental pembajak itulah, dulu kita dikenal sebagai negara agraris….
*hehehhe, gak nyambung ya…..*
haduh… ku mw ikut komen boleh ga? sbnar’y kita ngga 100% pembajak/ konsumer, hanya saja tman-tman kita sbagai produsen kurang mrasa d’hargai, maka dri itu mari kita dukung tman-tman kita sbagai produsen, karna mereka itulah yg nntinya kan mngharumkan nama bangsa ok π :clap:
iya, bukan seratus persen, tapi fakta bahwa negeri ini adalah negeri pasar, itu bukanlah berita yang “menyenangkan”…begitu π
Kl boleh saya menjawab “tidak”, banyak sekali tentunya yg bisa diteruskan dari kata tersebut. Mungkin sy sendiri tidak turut menyuarakan hal tersebut tapi tidak jg dalam memiliki kemampuan untuk membalikan faktanya hehe…
Salam!
memang sudah seharusnya kita bisa ikut bermain dan menikmati $$ dari sekian banyaknya peluang yang tercipta karena kemajuan teknologi yang sudah semakin dirassakan dan dimanfaatkan oleh penduduk negeri ini
sayangnya peraturan peraturan yang ada, yang katanya untuk melindungi konsumen dan industr dalam negeri ini lah yang menghalangi investor untuk menanamkan modal di indonesia
salah satu masalah terbesar yang membelit hak rakyat kita untuk berkreasi adalah birocrazy…
yahhh…mau gmana lagi mas orang yang maunya bagus tapi murah…yahhh bajakan de…coba asli…kualitas bagus dengan harga yang tentunya bagus pula…salam kenal..walu saya bukan ahli komputer mas..
kualitas bagus dengan harga yang bagus seperti di lapak anda mas? hehehe…salam kenal juga. saya juga gak ahli komputer kok mas…
yah, dan iklan-iklan semakin membanjiri kotak ajaib kita, mengendapkan kata “beli” dalam pikiran bawah sadar masyarakat kita.
salam kenal mas, mau tuklink ? π
betul sekali. pesan “belilah ini dan belilah itu” seolah terenkripsi dalam tiap gambar iklan yang tersaji di kotak tersebut π
salam kenal juga, sudah saya pasang link-nya mas…
sudah saya pasang juga. happy blogging! π