Budaya Molor

Orang Indonesia terkenal dengan sebuah budaya, yaitu “Molor” alias jam karet atau terlambat.

Berlakulah hukum tangan kanan.

Genggam tangan kanan anda, buka hanya ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk sudut siku-siku.

Taruh tangan anda ke sebuah jam quartz, posisikan ibu jari menunjuk ke salah satu angka dari jam tersebut.

Umpamakan angka tadi adalah jam ketika anda mempunyai assignment atau janji.

Kemudian lihatlah jari telunjuk anda, angka yang ditunjukkan oleh telunjuk itulah yang menandakan kalau pada saat jam itulah acara baru akan dimulai.

Saya benar2 mempraktekannya pada saat acara rekreasi bareng teman2 ke WBL beberapa hari yang lalu. Tidak tanggung2, sang event organizer mengumumkan agar kumpul di kampus jam 5 pagi.

Ketika saya taruh ibu jari pada angka 5, jari telunjuk saya mengarah ke angka 7. Maka benarlah adanya, rombongan baru berangkat tepat pada jam 7 bahkan lebih…

Budaya ini sungguh telah mendarah daging sampai-sampai terciptalah jargon : kalau tidak molor maka bukan orang Indonesia.
Bangga kah anda dengan budaya anda?

Sejak kecil kita di-doktrin untuk bangga terhadap budaya Indonesia, apapun bentuknya. Ya makanan, pakaian khas, tarian, sikap, dan sebagainya.

Sejak kecil pula kita dipaksa untuk bangga pada nenek moyang kita dan segala “kesuksesan” mereka membangun imej bangsa ini. Ya, negeri agraris, bangsa pelaut, dan seterusnya. Memang pada saat itu, saat nenek moyang kita masih berlayar dengan gagah berani dengan kapal layar, bolehlah kita berbangga, namun lihatlah sekarang, apa lagi yang bisa dibanggakan?

Pelajaran IPS dan PPKn di bangku sekolah dulu selalu mewanti-wanti : berhati-hatilah dengan budaya asing, jangan semua budaya mereka kita tiru. Namun tidak ada esai di buku-buku mata pelajaran itu yang mengharapkan kita untuk berhati-hati dengan budaya negeri kita sendiri, oleh karena itu ketika jam karet menjadi sebuah budaya baru bagi bangsa ini, kita tidak dapat menolaknya…kita telan mentah-mentah dan mengaplikasikannya pada setiap aspek kehidupan.

Suatu langkah kecil untuk sebuah lompatan besar, jika kita berhasil mengusir budaya negatif yang satu ini…

I'm a wanderer of the seven kingdoms.

Tagged with:
Posted in Catatan Kecil, Sekitar Kita
5 comments on “Budaya Molor
  1. dedygunanto says:

    Hmm…. anjuran yang sangat bagus dan membangun…

    semoga ini menjadi awal pemikiran ke depan yang lebih baik…

    jadi teringat kata orang tua dahulu… “bangunlah pagi2 biar gak kehabisan rejeki” – benar-benar orang jaman sekarang kurang menyadari hal ini… šŸ˜€

    (Maaf, kata2 ini bukan ditujukan untuk menyindir dan menghina, tetapi sekedar unjuk prihatin dan semoga menyadarkan. )

    GO Indo…. \:D/

  2. immoz says:

    nice article!

    ngomong-ngomong ada beberapa temanku tidak bisa membentuk sudut siku2 dengan jempol dan jari telunjuk. tapi itu basa-basi aja… ^^

    i wonder, dulu nenek moyang kita “yang juga bangsa indonesia” apa punya kebiasaan molor juga ya?

  3. renxe says:

    hehehehe ga tau juga yah…bisa jadi budaya molor itu muncul semenjak nenek moyang kita dulu. tapi jaman dulu ketika belum ada jam yang presisi seperti sekarang, apa bisa menilai seseorang molor atau ga yah šŸ™‚

  4. immoz says:

    oh iya… bener juga. gak kepikir kalo dulu jam blum kayak sekarang ini. bodohnya aku…

  5. renxe says:

    hihihi
    mungkin skala molornya aja yang beda
    kalo jaman sekarang telat 10-30 menit udah masuk kategori molor, jaman dulu mungkin telat 1-2 hari šŸ˜€

Leave a reply to dedygunanto Cancel reply

Welcome!
Hi! My name is Ridwan. This is my blog, I hope you enjoy it. You can also find me there:



Use Google Chrome
Community




Tugupahlawan - Komunitas Blogger Surabaya

Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang
Archives
Follow Xrismantos on WordPress.com